HIMITEKA FPIK IPB
Indonesia Marine Summit 2025:
Menguatkan Peran Blue Carbon untuk Masa Depan Pesisir
Sesi orientasi di tepi laut. Langkah awal untuk memahami karakteristik wilayah pesisir secara langsung sebelum pengambilan data lapangan.
By Andre Razaq
July 30, 2025
Bogor, 9 November 2025 — Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan (HIMITEKA) IPB University berhasil menyelenggarakan Indonesia Marine Summit (IMS) 2025 di Auditorium Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Mengusung tema “Unlocking the Power of Blue Carbon: Accelerating Net Zero Emissions”, kegiatan ini menghadirkan rangkaian agenda edukatif, inspiratif, dan interaktif yang mempertemukan akademisi, praktisi, komunitas, dan mahasiswa dalam satu forum strategis mengenai masa depan pesisir Indonesia.
Sejak pagi, para peserta telah memadati area registrasi. Mereka disambut dengan pameran dokumentasi KONSURV 2025 dan XPDC 10—rekam jejak mahasiswa HIMITEKA dalam menjelajahi pesisir, meneliti ekosistem, dan berinteraksi dengan masyarakat setempat. Tidak hanya itu, pameran karya pemenang lomba IMS 2025 juga mencuri perhatian. Deretan foto, video, dan infografis bertema Blue Carbon memenuhi lorong auditorium, menggugah kesadaran peserta sebelum memasuki sesi utama.
Nuansa akademik berpadu dengan energi muda menjadikan ruangan terasa hidup. Tiap sudut seperti bercerita tentang laut, tentang ekosistem rapuh yang menunggu dijaga, dan tentang generasi yang siap memikul tugas tersebut.
Arifah Handayani dari The Climate Reality Project Indonesia membawakan sesi inspiratif soal kepemimpinan dan transformasi komunitas pesisir.
Peserta aktif berdiskusi dalam kelompok kecil. Fokus materi hari itu: mengenali tantangan dan peluang dalam pengelolaan laut berkelanjutan.
Kesadaran Baru tentang Blue Carbon
Acara resmi dibuka dengan keynote speech dari Jatu Arum Sari, National Project Manager for ASEAN Blue Carbon & Finance Profiling UNDP. Dengan nada yang tegas namun penuh empati, ia menekankan bahwa Blue Carbon merupakan peluang strategis bagi Indonesia dalam mencapai target Net Zero Emissions.
Melalui data, peta, dan visualisasi yang ditampilkan di layar, ia menunjukkan bagaimana mangrove dan padang lamun dapat menyimpan karbon hingga berkali lipat dibandingkan hutan daratan. Namun ia juga menegaskan bahwa ekosistem tersebut menghadapi tekanan serius akibat abrasi, polusi, dan perubahan tata guna lahan.
Peserta tampak menyimak dengan serius. Beberapa mencatat, beberapa mengangguk setuju, dan beberapa lainnya tampak terinspirasi oleh urgensi yang disampaikan. Keynote ini bukan hanya sekadar pembukaan—tetapi lonceng pengingat bahwa waktu untuk bertindak sudah semakin sempit, dan Blue Carbon bisa menjadi kunci penyelamatan yang selama ini terabaikan.
Sesi pembukaan Blue Carbon Camp dimulai di ruang belajar sederhana di Pulau Kelapa. Peserta duduk melingkar, menyimak briefing dari panitia, siap memasuki rangkaian pelatihan kepemimpinan iklim.
Dr. Luky Adrianto menyampaikan materi bertema Blue Economy & Climate Change. Slide presentasi menyoroti potensi ekosistem pesisir sebagai solusi krisis iklim.
Lima Suara Untuk Satu Misi
Talkshow IMS 2025 berlangsung dalam dua sesi dan menghadirkan lima narasumber dari berbagai sektor. Sesi pertama, dipandu oleh Dwi Tamara, menghadirkan Samantha Ramadhanti serta Dr. M. Arsyad Al Amin.
Samantha menyoroti kekuatan narasi dan advokasi publik. “Gerakan lingkungan harus dekat dengan masyarakat, atau ia akan berhenti di ruang akademik,” pungkasnya.
Sementara itu, Dr. Arsyad memberikan perspektif berbasis riset dan kebijakan, menjelaskan posisi Blue Carbon dalam roadmap nasional Net Zero Emissions. Ia menekankan bahwa pengelolaan ekosistem pesisir harus menjadi prioritas dalam perencanaan pembangunan jangka panjang.
Sesi kedua yang dipandu Rafi Syifa Kurniawan menghadirkan Dr. Adriani S.Pi., M.Si, Dinni Septianingrum, dan Dr. Novi Susetyo Adi. Diskusi berkembang luas, mulai dari pendidikan pesisir, gerakan komunitas, hingga dinamika sosial-ekonomi masyarakat dalam kebijakan Blue Carbon. Kelima narasumber ini membentuk satu simpulan besar: pelestarian pesisir hanya bisa berhasil jika melibatkan seluruh lapisan masyarakat, dari kampus hingga pemerintah daerah.
Harapan Baru Bagi Pesisir Indonesia
Acara ditutup dengan Seminar Hasil Konservasi dan Survey Lapang Kelautan 2025. Mahasiswa HIMITEKA memaparkan temuan lapangan, mulai dari kondisi mangrove hingga dinamika perairan pesisir. Dokumentasi visual dan data lapangan membuat peserta memperoleh gambaran komprehensif tentang tantangan aktual yang dihadapi wilayah pesisir Indonesia.
Gelaran IMS 2025 menjadi bukti bahwa ketika ilmu, komunitas, dan kepedulian bertemu, masa depan pesisir Indonesia masih bisa diperjuangkan bersama.
Turun langsung ke lapang. Peserta mempelajari ekosistem mangrove dan peranannya dalam penyerapan karbon biru.
Foto penutup bersama warga Pulau Kelapa. Momen hangat yang merangkum kolaborasi, pembelajaran, dan kedekatan peserta dengan komunitas lokal.





