HIMITEKA FPIK IPB
Blue Carbon Camp 2025:
Kolaborasi Mahasiswa IPB untuk Laut yang Lebih Lestari
Sesi orientasi di tepi laut. Langkah awal untuk memahami karakteristik wilayah pesisir secara langsung sebelum pengambilan data lapangan.
By Andre Razaq
July 30, 2025
Kepulauan Seribu, Februari 2025 – Belajar bisa di mana saja, termasuk langsung dari alam. Inilah semangat yang diusung oleh Blue Carbon Camp 2025, program pelatihan kolaboratif yang diinisiasi oleh HIMITEKA IPB University bersama The Climate Reality Project Indonesia dan HAITEK IPB.
Selama tiga hari penuh di Pulau Lancang, 38 mahasiswa dari berbagai fakultas diajak bukan hanya memahami teori, tapi juga terjun langsung menyelami kehidupan masyarakat pesisir. Mulai dari konservasi ekosistem mangrove, wawancara sosial, hingga menyusun solusi nyata berbasis lapangan.
Sebelum menginjakkan kaki di pulau, seluruh peserta dibekali dalam Youth for Blue Carbon Workshop yang digelar Sabtu, 8 Februari 2025. Dalam workshop ini, mahasiswa diajak memahami isu-isu penting tentang laut dan pesisir yang kerap luput dari perhatian.
“Kegiatan ini sudah dicanangkan dua sampai tiga tahun lalu, namun perlu proses penyampaian yang efektif kepada mahasiswa, sehingga baru tahun ini bisa dilaksanakan secara aktif,” ujar Dr. Beginer Subhan, Sekretaris Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB.
Para peserta juga terinspirasi oleh para narasumber dari berbagai latar belakang, yang memberi perspektif luas tentang pentingnya menjaga karbon biru (blue carbon) sebagai bagian dari upaya melawan perubahan iklim.
Arifah Handayani dari The Climate Reality Project Indonesia membawakan sesi inspiratif soal kepemimpinan dan transformasi komunitas pesisir.
Peserta aktif berdiskusi dalam kelompok kecil. Fokus materi hari itu: mengenali tantangan dan peluang dalam pengelolaan laut berkelanjutan.
Pulau Lancang: Kelas Terbuka di Tengah Laut
Perjalanan utama dimulai Jumat, 14 Februari 2025. Para peserta berangkat dari IPB menuju Pelabuhan Citius dan melanjutkan penyeberangan laut ke Pulau Lancang, salah satu pulau berpenduduk di Kepulauan Seribu. Setibanya di sana, acara dibuka di Gedung Karang Taruna dan disambut langsung oleh Ibu Cucun Sunarti, perwakilan dari kelurahan setempat.
“Saya sangat senang dengan kehadiran para peserta. Terima kasih sudah datang ke Pulau Lancang dan silakan belajar sebanyak-banyaknya dari pulau ini,” ucapnya, disambut tepuk tangan peserta.
Hari pertama diisi dengan orientasi medan dan pengenalan ekosistem laut sekitar. Malamnya, para peserta mengikuti sesi pencerdasan tentang hubungan mangrove dan karbon biru, metode pengumpulan data, serta strategi pelibatan masyarakat dalam riset.
Supaya tetap semangat, malam pencerdasan juga diisi dengan games berhadiah dan pembagian kelompok wawancara berdasarkan sektor seperti perikanan, pariwisata, kuliner, homestay, organisasi desa, dan lembaga lokal.
Sesi pembukaan Blue Carbon Camp dimulai di ruang belajar sederhana di Pulau Kelapa. Peserta duduk melingkar, menyimak briefing dari panitia, siap memasuki rangkaian pelatihan kepemimpinan iklim.
Dr. Luky Adrianto menyampaikan materi bertema Blue Economy & Climate Change. Slide presentasi menyoroti potensi ekosistem pesisir sebagai solusi krisis iklim.
Observasi, Wawancara, dan Malam Keakraban
Hari kedua menjadi waktu untuk menyelami realitas sosial. Peserta turun langsung melakukan wawancara dan observasi, menggali informasi tentang kehidupan masyarakat pesisir dan tantangan yang mereka hadapi sehari-hari.
Malam harinya digelar malam keakraban bersama warga, menjadi ruang santai penuh tawa dan cerita antara mahasiswa dan masyarakat lokal. Di sinilah chemistry dan empati terbentuk, menjadikan hubungan yang lebih dari sekadar tamu dan tuan rumah.
Di hari terakhir, seluruh peserta menyusun rancangan program tindak lanjut berdasarkan data dan pengalaman yang mereka peroleh. Rencana-rencana ini menjadi benih dari aksi lanjutan ketika mereka kembali ke IPB University.
Sebelum pulang, peserta memanfaatkan waktu untuk mengobservasi kawasan pelabuhan dan lingkungan sekitar, melengkapi catatan lapangan mereka sebagai refleksi akhir.
Mendorong SDGs dan Aksi Nyata
Blue Carbon Camp tak hanya menjadi tempat belajar di luar ruang kelas, tetapi juga menjadi bentuk nyata kontribusi mahasiswa terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama SDG 13 (Aksi Iklim), SDG 14 (Ekosistem Laut), dan SDG 17 (Kemitraan untuk Tujuan).
Lewat program ini, mahasiswa tidak hanya pulang dengan pengetahuan, tetapi juga membawa pulang kesadaran baru, empati sosial, dan semangat aksi nyata untuk laut yang lebih sehat dan lestari.
Turun langsung ke lapang. Peserta mempelajari ekosistem mangrove dan peranannya dalam penyerapan karbon biru.
Foto penutup bersama warga Pulau Kelapa. Momen hangat yang merangkum kolaborasi, pembelajaran, dan kedekatan peserta dengan komunitas lokal.


